06. September 2021
Vaksinasi untuk Tingkatkan Fragile State Index Indonesia
Prolog
Vaksinasi adalah salah satu cara mengatasi pandemi Covid-19 untuk dapat meningkatkan imun kita terhadap virus. Apabila vaksinasi dapat terlaksana dengan baik maka secara umum dapat meningkatkan tingkat kesehatan di negeri ini. Tingkat kesehatan di negeri ini berkaitan dengan Fragile State Index yang mempengaruhi ketahanan nasional Indonesia. Maka, salah satu cara untuk peningkatan FSI adalah melalui peningkatan jumlah vaksinasi nasional. Cara peningkatan ini membutuhkan strategi khusus untuk menanganani dan menyelesaikan pandemi.
Rumusan Masalah
(1) Bagaimana vaksinasi dapat mempengaruhi fragile state index untuk ketahanan kesehatan nasional ?
(2) Bagaimana strategi untuk menanganani dan menyelesaikan pandemi ?
Latar Belakang dan Landasan Teori
Kondisi Covid-19 di Indonesia
Saat ini kasus covid-19 yang berasal dari China telah menyebabkan pandemi di dunia termasuk Indonesia. Dilansir dari laman satgas covid 19 di Indonesia, pandemi ini menyebabkan setidaknya ada 4.129.020 kasus positif Corona, jumlah kesembuhan mencapai 3.837.640 orang, dan kasus kematian sejumlah 135.861 orang. Saat ini kasus aktif mencapai 155.519 kasus, turun 5.180 kasus dari hari sebelumnya.
Vaksinasi di Indonesia
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menekan penyebaran covid-19 adalah dengan vaksinasi. Perusahaan farmasi dunia telah mengeluarkan sejumlah vaksin yang telah disetujui oleh BPOM untuk digunakan di Indonesia, di antaranya Sinovac, Bio Farma, AstraZeneca, Sinpoharm, Moderna, Pfizer, dan Sputnik V.
Vaksinasi di Indonesia sudah dilakukan sejak 22 Januari 2021. Hingga 4 September 2021, setikdaknya tercatat 105,718,886 vaksin telah diterima oleh warga Indonesia dengan status penerimaan vaksin pertama, kedua dan ketiga. Target vaksinasi nasional diharapkan mencapai angka 208.265.720.
Teori Ketahanan
Ancaman yang terjadi di dunia khususnya di Indonesia terkait dengan virus covid-19 berdampak pada banyak aktivitas sehari-hari seperti ekonomi, sosial dan pendidikan. Daya tahan atau resiliensi dibutuhkan di masa ini karena menjadi backbone suatu sistem dapat bertahan terhadap adanya guncangan yang sedang terjadi. Ketahanan sendiri memiliki beberapa pengertian, di antaranya berikut ini:
Lemhanas RI
Kondisi dinamis bangsa (Indonesia) yang berisi keuletan dan ketangguhan dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (ATHG) baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri langsung atau tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, dentitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Margaritha Hanita
Kemampuan negara untuk beradaptasi, bangkit kembali dan atau bertransformasi dari berbagai gangguan, berbagai serangan, berbagai peristiwa perusak, yang mengancam jiwa, harta, benda, kedaulatan negara, baik dari dalam maupun dari luar, dan setelahnya mampu menyusun strategi yang efektif agar negara menjadi semakin tahan terhadap guncangan yang terjadi tiba-tiba. Ketahanan Nasional harus dibangun dari ketahanan individu dan ketahanan keluarga.
Fragile State Index
Indeks Kerentanan Negara atau Fragile State Index (FSI) sering disebut dengan indeks negara gagal yang mengamati 178 negara termasuk Indonesia. FSI disusun oleh Fund for Peace (FFP) yang berkantor di Washington D.C.
FSI mengumpulkan data yang dianggap berpengaruh terhadap risiko kerapuhan atau kerentanan negara. Risiko tersebut bisa berasal dari sosial, ekonomi, politik yang dihadapi masing-masing negara yang dianalisis. Adapun indikator yang digunakan FSI ada 5 kategori:
- Cohesion indicators
- Economic indicators
- Political indicators
- Social indicators
- Cross-Cutting Indicators
Berkaitan dengan vaksinasi maka indikator yang sesuai dengan FSI adalah social indicators tepatnya Demographic Pressure yang termasuk di dalamnya adalah public health yang mengatur tentang penanganan selama pandemi.
Saat ini indeks Indonesia berada pada rangking 96 dengan nilai 66, turun 0,2 persen dari tahun 2020. Informasi selengkapnya dapat disimak di gambar berikut ini:
Data dan metodologi
Keterbatasan yang dialami penulis membuat data yang digunakan dalam artikel ini menggunakan data Twitter dari akun @nuicemedia. Hal ini dikarenakan akun tersebut secara berkala mencuitkan data terbaru dari perkembangan covid-19 disertai dengan perkembangan vaksinasi. Data terakhir yang diperoleh adalah data pada 9 agustus 2021.
Secara visual, berikut ini diagram alir pengerjaan analisis data:
Proses ini dimulai dengan merumuskan masalah dan teori. Selanjutnya dilakukan proses scrapping data dari twitter @nuicemedia Data yang terkumpul kemudian difilter dengan kata kunci “vax”, “vax1”,”vax2”. Hasilnya data tersebut selanjutnya dilakukan proses visualisasi. Proses visualisasi yang telah dilakukan dilanjutkan dengan analisis data dan teori yang telah dirumuskan selanjutnya dan terakhir dilakukan penarikan kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dari data processing yang telah dilakukan adalah berikut ini:
Pada perbandingan jumlah vaksinasi terdapat perbedaan 26,418,291 antara vaksinasi 1 dan 2. Pada kasus vaksinasi yang memiliki kaitan dengan ketahanan kesehatan Indonesia dan indikator public health pada Fragile State Index: “Disease Control: Is there a system for controlling spreading of diseases or pandemics?” maka hal ini perlu dikaji dengan baik apabila ingin meningkatkan angka FSI Indonesia.
Jika dikaitkan dengan teori ketahanan yang telah disampaikan sebelumnya, maka perwujuduan peningkatan angka FSI sekaligus dapat dikaitkan dengan strategi khusus untuk penanganan terhadap ancaman covid-19 ini.Strategi ini tidak hanya sebatas pada penanganan pandemi saja namun sebuah upaya keluar dari pandemi yang tengah terjadi dan memperkuat upaya pemerintah untuk mengantisipasi pandemi di masa datang.
Menurut Aliansi Ilmuwan Indonesia dilansir dari Republika, strategi yang dapat dilakukan ialah melalui “Skenario Pasca Pandemi”. Ada nilai yang dipegang teguh untuk melakukan strategi ini yaitu:
Empathy, Equity, dan Episteme. Empathy adalah kepedulian dan rasa welas asih terhadap sesama yang menjadi fondasi dalam penanganan setiap krisis kemanusiaan. Equity adalah kesetaraan dan keadilan yang menjamin akses bagi seluruh warga tanpa diskriminasi dalam mendapatkan hak hidup sehat dan bahagia. Terakhir, Episteme adalah pengetahuan ilmiah yang sangat dibutuhkan sebagai lentera dalam mengarungi ketidakpastian dan risiko pandemi.
Dua hal berkaitan dengan strategi ini adalah: (1) Peta Jalan (roadmap) penyelesain pandemi (2) Pembangunan Tata Kelola Pandemi melalui pelembagaan badan pengendalian wabah penyakit
Pada roadmap terdiri atas tiga fase yaitu:
Fase Supression dengan target menekan jumlah kasus dan kematian secara drastis dalam suatu periode. Fase ini menerapkan strategi “pull dan push” yaitu gabungan antara pembatasan sosial atau saat ini digunakan istilah PPKM dan tracing atau pelacakan secara masif.
Fase Stabilization, tujuannya untuk mengendalikan skala penularan pada tingkat tertentu serta menyiapkan pembukaan aktivitas secara parsial seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan.
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah teknik pengendalian risiko penularan virus misalnya sirkulasi udara dan surveilans yang melibatkan komunitas sebagai acuan pelacakan dan isolasi.
- Fase Normalization di mana secara keseluruhan pandemi dinyatakan terkendali dan masyarakat dapat hidup secara normal.
Penerapan strategi ini membutuhkan kolaborasi terpadu dan berlaku secara nasional antara pemerintah dan masyarakat sipil, utamanya organisasi yang telah bergerak dalam penanganan pandemi. Syarat lain yang harus dijalankan adalah transparansi data, penggunaan teknologi dan sistem yang handal, serta akuntabilitas.
Kesimpulan
Vaksinasi adalah salah satu cara peningkatan nilai Fragile State Index (FSI) yang menjadi indikator pada public health terkait dengan penanganan pandemi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi khusus tidak hanya penanganan pandemi namun juga diperlukan strategi menyelesaikan pandemi. Menurut Aliansi Ilmuwan Indonesia strategi yang dapat dilakukan adalah “Skenario Pasca Pandemi” yaitu sebuah upaya keluar dari pandemi yang tengah terjadi dan memperkuat upaya pemerintah untuk mengantisipasi pandemi di masa datang.
Penerapan strategi ini diperlukan nilai yang harus dipegang teguh yaitu Empathy, Equity, dan Episteme. Adapun dua hal yang menjadi kunci adalah:
(1) Peta Jalan (roadmap) penyelesain pandemi. Roadmap skenario pasca pandemi meliputi tiga fase yaitu Fase Supression, Fase Stabilization dan Fase Normalization. (2) Pembangunan Tata Kelola Pandemi melalui pelembagaan badan pengendalian wabah penyakit
Penerapan strategi ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan hal lain yang penting diperhatikan adalah transparansi data, penggunaan teknologi dan sistem yang handal, serta akuntabilitas.
References
[1] Margaretha Hanita (2021), Paradoks Ketahanan Nasional Di Masa Pandemi:Merekonstruksi Strategi Ketahanan Nasional Melawan Covid 19 http://jurnal.lemhannas.go.id/index.php/jkl/article/view/186/97 [2] Republika. (2021, Sept 2). https://www.republika.co.id/berita/qytdxx409/dominasi-delta-kemunculan-varian-mu-dan-saran-ilmuwan-part1 [3] Fragile State Index (2021). https://fragilestatesindex.org/ [4] Kominfo (2021, Juli 5). https://www.kominfo.go.id/content/detail/35474/akselerasi-vaksinasi-untuk-jaga-ketahanan-masyarakat-dan-pulihkan-ekonomi/0/berita